Hidup di sebuah kota besar Surabaya selama 7 tahun ternyata masih belum tahu jalanan dan lika-liku lorong kota, itulah aku. Ketika itu aku mencari jalan menuju acara bedah buku 'Ketika Cinta Bertasbih bersama Habiburrahman El-Sirazy' yang diselenggarakan di gedung Muhammadiyah wilayah jatim yang beralamat di jl. Kertomenanggal IV. Aku pikir Kertomenanggal itu dekat dengan Ruko Menanggal, setelah sampai di daerah Ruko Menanggal kemudian bertanya pada seseorang yang kutemui di jalan ternyata Kertomenanggal berbalik jalan. Dimana Ruko Menanggal di barat jalan A. Yani sedangkan KertoMenanggal di timur jalan A. Yani. Jadinya, aku mesti putar haluan yang lumayan melelahkan karena jalan A. Yani termasuk jalan termacet di Surabaya.Karena hari itu aku tidak banyak pekerjaan yang mesti kukerjakan, dan aku merasa penasaran seperti apa pengarang terkenal Kang Abik dengan karya yang best seller Ketika Cinta Bertasbih (KCB). Maka aku putuskan sekali-kali tak ada salah mengikuti bedah bukunya. Dan alasan lainnya karena acara ini gratis alias tanpa biaya. Berangkat jam 12.30 WIB dari kost, karena berputar-putar dalam pencarian tempat hingga di tujuan jam sudah menunjukkan pukul 13.15 WIB. Sempat kaget, karena menurut jadwal acara diselenggarakan 13.00 WIB, aku pasti melewatkan bagian yang mungkin menarik karena keterlambatanku. Setelah sampai di tempat, kulihat beberapa kendaraan sudah terparkir lumayan banyak. Beberapa mobil dan sepeda motor berderet di depan gedung yang didominasi warna biru. Segera aku dan temanku menuju tempat registerasi dan dengan terburu-buru menuju ruang seminar. Alhamdulillah, ternyata acara belum dimulai jadi tak ada yang terlewat yang kukhawatirkan.
Sekitar pukul 14.00 WIB, Kang Abik ditemani Chaerul Umam sang Sutradara, Nurhamdani sebagai produser dari SinemArt, Akhudiat sang Budayawan Sastrawan dan seorang moderator yang aku lupa namanya memasuki ruang seminar yang disebut ruang Mas Mansur. Kedatangan Kang Abik yang dielu-elukan tentu saja menjadi rebutan beberapa peserta, terutama beberapa akhwat yang meminta tandatangan darinya pada buku yang disodorkan kepadanya. Selain itu ada satu stasiun televisi swasta yang meliput dan mewawancarainya dengan beberapa pertanyaan tentang novel dan rencana KCB yang akan dilayarlebarkan.
Acara dibuka sang moderator dengan mengenalkan masing-masing narasumber. Dan untuk narasumber pertama adalah Kang Abik yang berbicara lebih tepatnya bercerita tentang motivasi dan inspirasinya dalam berkarya terutama tentang KCB kali ini. Kang Abik menceritakan bahwa awal mula dirinya menyukai seni sebenarnya sejak sekolah MA PK di Solo dulu dan lebih terasah lagi ketika dia kuliah di Kairo. Sebenarnya kuliahnya di Kairo tidak ada hubungan secara langsung dengan dunia sastra, bahkan seakan bertolak belakang dengan keilmuannya. Dia mendalami disiplin ilmu hadits yang notabene harus berdasarkan fakta dan ilmiah, sementara menjadi pengarang novel justru lebih banyak berimajinasi. Menurut Kang Abik, dia terispirasi oleh beberapa ulama besar yang sebenarnya seorang faqih atau muhadits juga seorang sastrawan seperti seorang tabiut tabi'in Ibnu Mubarok. Masih menurut pemikiran Kang Abik, bahwa banyak ulama besar yang dengan sastranya mampu membela islam lewat karya tulisnya. Contoh lain seorang ulama yang sastrawan di negeri ini adalah Buya Hamka. Dia sang Mufassir yang Sastrawan dengan dengan beragam karya dari puisi sampai roman dan novel. Seperti yang diungkapkan pada acara ini bahwa tujuan yang hendak dicapai Kang Abik adalah memberi sedikit warna islami pada kesusastraan Indonesia yang sekarang ini cenderung dipenuhi karya-karya sex vulgar dan sarat kekerasan. Dia berharap dengan karyanya mampu mengedukasi masyarakat Indonesia dengan nilai-nilai islami dan ketimuran. Lebih lanjut dengan karya terakhirnya KCB dia bercerita bahwa suatu kali ada mahasiswanya yang menghadap padanya dan berkeluh kesah, bahwa si mahasiswa sudah lama tidak lulus dalam kuliahnya alias molor memang karena disengaja. Setelah ditanya sebabnya, si mahasiswa menjawab bahwa dia tidak siap untuk menatap masa depan, bagaimana nanti mencari kerja, diuber-uber untuk segera menikah dan lain-lain. Karena menurutnya dengan status mahasiswa dia merasa aman dan kiriman bulanan pun lancar. Subhanallah, Kang Abik terkejut dan tersenyum dan kemudian memberi wejangan kepada si mahasiswa tersebut. Menurut Kang Abik pada karya KCB kali ini dia berusaha mengajak bahwa kita harus mampu dan berani untuk menatap dan meraih masa depan meski dengan berdarah-darah dengan perjuangan hidup yang tiada akhir.
Pada sesi narasumber kedua, Chaerul Umam menceritakan bahwa kali ini film KCB tidak akan sama dengan film "Ayat-Ayat Cinta" (AAC). Karena kali ini penulisan script dan scene dimusyawarahkan bersama Kang Abik dan Produser. Dia berjanji bahwa penonton akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada AAC. Untuk itu sang sutradara dalam mencari pemain utama akan diadakan audisi di seluruh kota besar di Indonesia yang akan diselenggarakan pada tanggal 14-15 Juni 2008. Dia berharap ditemukan aktor/artis yang mampu beraksi di depan kamera dan juga mempunyai akhlak yang sama dengan tokoh diperankannya dalam film ini. Karena menurutnya inilah yang disyaratkan Kang Abik sebagai penulis novelnya. Akan dipilih 20 kontestan di tiap kota untuk kemudian di adu akting dan kemampuannya di Jakarta yang kemudian akan diperoleh 20 besar kontestan. Selanjutnya ke-20 kontestan ini akan dipilih 5 orang yang akan menjadi peran utama Azzam, Furqon, Elliana, Ana dan Husna. Sedangkan 15 kontestan lain tidak akan sia-sia begitu saja, menurutnya masih kebagian sebagai peran figuran. Acara pemilihan 5 peran utama ini akan disiarkan secara live di RCTI. Masih menurut Chaerul Umam, bahwa film kali ini benar-benar akan dikondisikan mirip dengan novelnya dengan shooting selama 3 minggu di Kairo, bahkan akan diusahakan bisa menampilkan Al-Azhar University secara real.
Sesi ketiga, sang Produser angkat bicara. Film ini akan take pada bulan setelah Idul Fitri yakni awal Oktober 2008. Sebelum itu mungkin Agustus-September akan dilakukan penjajagan dan pengenalan lokasi shooting di Kairo yang tentu saja melibatkan pemeran utamanya, sutradara dan personel pendukungnya. Agar akting para pemeran yang menjadi aktor dadakan menjadi benar-benar profesional akan dilakukan pemantapan dan pelatihan yang dibina oleh aktor gaek Didi Petet dan Neno Warisman. Shooting akan dilaksanakan selama 3 minggu di Kairo dan selebihnya sampai 3 bulan di Indonesia. Setelah mixing hingga mastering, menurut sang produser film ini baru akan tayang kemungkinan pada bulan maret 2009.
Sesi keempat, Akhudiat sang sastrawan mengomentari karya KCB kali ini adalah karya yang benar-benar fenomenal. Dan dengan karya ini akan ada warna baru dalam dunia kesusastraan Indonesia. Kang akhudiat mensejajarkan karya ini seperti karya-karya penulis terkenal semisal Ahmad Thohari.
Pada sesi berikutnya diadakan tanya jawab peserta dengan narasumber. Salah satu yang menarik adalah bagaimana membuat karya yang baik. Menurut Kang Abik karya yang baik itu detil, baik detil secara deskripsi, detil diksi dan detil maknanya. Kemudian ada sebuah pertanyaan yang umum ditanyakan pada beberapa acara bedah buku, yakni bagaimana menjadi penulis pemula yang seringkali sulit untuk meneruskan atau mengakhiri ceritanya. Menurutnya sebelum menulis hendaknya membuat kerangka karangan yang menjadi acuan, kemudian teruslah menulis ketika ide muncul. Dengan gaya guyonnya Kang Abik memberi saran kalau tidak bisa mengakhiri cerita gampang saja, buat saja tokohnya mati mendadak entah karena terserang jantung, tertabrak mobil atau kecelakaan pesawat. Peserta tertawa terbahak-bahak mendengar guyonan itu. Ada pertanyaan lagi yang menarik, bagaimana memunculkan ide untuk menulis dan mulai dari mana? Menurut Kang Abik, kalau kesulitan memulai menulis bukan berarti sulit bercerita kan? rekam saja omongan cerita yang akan diungkapkan, nah kalau sudah selesai tinggal menyalinnya ke dalam tulisan. Kemudian camkan bahwa 'Menulis itu Mudah'. Kang Akhudiat menambahkan kalau sulit menulis sebuah cerita cobalah untuk menulis resensi buku, dan biasakan ditulis di akhir halaman buku yang dibaca. Sebuah pertanyaan dilontarkan oleh peserta kenapa setting novel Kang Abik selalu Kairo, kemudian kota Solo dan Semarang?. Menurut Kang Abik, ini adalah prinsip seorang penulis terutama dirinya bahwa dia hanya menulis apa yang diketahui secara nyata dan detil. Karena dia pernah tinggal cukup lama di Kairo ketika kuliah dan sekolah di Solo. Ketika ditanya kenapa topik yang ditulis tentang cinta saja, menurutnya dia pernah bercerita tentang epik-cerita perjuangan- dan kali ini dia membuat yang berbeda, menurutnya dengan karya tentang cinta diharapkan memberikan penyegaran jiwa sehingga lunak dan lebih bijak ketika menghadapi suatu kondisi tertentu. Dia sebenarnya pernah juga membuah karya bertema epik tentang palestina. Dan dia berjanji akan membuat novel yang berteman epik tapi romantis. Peserta bersorak riuh dan bertepuk tangan. Sebuah pertanyaan lagi, kenapa karya selalu tentang hitam dan putih?kenapa tidak abu-abu, sehingga pembaca akan menyimpulkan makna dan kebenarannnya sendiri dengan imajinasi. Menurutnya karena kebanyakan pembaca di Indonesia bukanlah orang ahli sastra, sehingga jika diberi yang bersifat abu-abu justru akan menimbulkan kebingungan dan kebimbangan. Bukan itu yang menjadi tujuannya dalam berkarya justru dia ingin mengedukasi tentang kebaikan dan kebenaran islami. Dia bercerita pernah membuat karya yang abu-abu dengan judul "Gadis dan Berhala" yang dimuat di suatu majalah lokal, maka terjadilah protes besar-besar pada banyak surat yang diterimanya. Menurutnya karya yang baik adalah yang mampu diterima dan dicerna secara baik oleh pembaca. Menyitir sebuah istilah sastra Arab bahwa kalimat itu ada dua yakni kalimat shahih dan kalimat baligh. Kalimat shahih adalah kalimat yang secara baik susunan katanya dan strukturnya serta dapat dipahami oleh pembacanya. Sedangkan kalimat baligh adalah kalimat yang tentu saja sudah shahih dan sesuai mu'tadol hal (situasi yang ada) dan tajawuh -adanya interaksi dengan pembaca-. Nah kalimat baligh itulah yang ingin dicapai Kang Abik. Dan pada akhir pertanyaan ada yang berharap adanya novel tentang anak dan novel tentang cinta ibu kepada anaknya. Kang Abik berjanji akan mewujudkannnya tentu saja harus belajar dulu dan mendalami psikologi yang ada pada tokohnya.
Acara yang begitu antusias akhirnya berakhir pada jam 16.00 WIB, pesertapun akhir bubar dengan rasa puas dan membawa ilmu tentang sastra yang InsyaAllah barokah. Akupun beranjak dari tempat dudukku. Dan sebelum pulang kembali ke kost aku sempatkan Sholat Ashar di Masjid depan gedung ini. Lelah dan cape tapi rasanya sepenggal ilmu masuk kedalam otakku tanpa penyesalan.

![Validate my RSS feed [Valid RSS]](http://www.feedvalidator.org/images/valid-rss-jonathan.gif)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar