13 Maret 2008

Berinternet Ria

Berinternet ria memang mengasyikkan, bahkan seringkali membuat lupa daratan (memangnya di laut??). Aneka aktifitas di depan komputer terasa lebih menyenangkan sejak teknologi internet ditemukan 50 tahun yang lalu, mmm cukup lama memang tapi di Indonesia baru tahun 90-an. Dan akupun baru mengenal internet sekitar tahun 2000, selepas lulus SMA. Waktu itu satu-satunya warnet yang ada di kotaku (Jombang) adalah Wasantara.Net yang berada satu tempat dengan Kantor Pos Besar. Tarifnyapun masih mahal, kalo tidak salah ingat sekitar 6.000 rupiah per jam, padahal kalau boleh dikatakan akses speed-nya lambat kalau dibanding dengan sekarang, entah pakai koneksi apa, mungkin waktu itu koneskinya pakai telkomnet instan, karena waktu itu teknologi WLAN, ADSL apalagi jaringan fiber belum benar-benar ada di kota ku, bahkan mungkin di kota besar masih sangat terbatas kalaupun ada. 56 Kbps sudah cukup cepat kala itu, tapi bagaimana jadinya kalau dibagi 5 PC yang ada, tapi itulah memang teknologi selalu step by step, dan terus meningkat menjadi yang lebih baik.

Sekarang kita sudah sering menemukan warnet dengan speed yang cukup banter dengan tarif yang rata murah sekitar 2000 - 4000 rupiah per jam, belum lagi fasilitas AC dan multimedia lengkap plus web camera. Kalau dulu mungkin kita hanya mengenal browsing website yang lebih banyak tulisan dan sedikit image animasi kecil yang membosankan dan chatting teks saja, sekarang kita bisa menikmatai website yang lebih interaktif bahkan disertai animasi yang memukau dengn flash slide-nya. Chatting tak lagi cuman teks, suara dan bahkan dengan web camera (webcam) kita bisa melihat sapa lawan bicara kita dan setiap inchi gerak bibir dan wajahnya.

Speedy, sejak diluncurkan 5 tahun lalu sampai sekarang masih menjadi favorit banyak warnet sebagi salah satu koneksinya, karena kecepatannya yang cukup lumayan dan pengaturannya yang tidak terlalu njlimet. Meski begitu, speedy juga meninggalkan beberapa masalah yang sering dikeluhkan banyak pelanggannya entah karena tiba-tiba sering disconnect, rawan serangan DDos dan spam bahkan tagihan bill yang tiba-tiba memebengkak sebesar gajah afrika.
Sudah sekitar 7 bulan ini, aku dan teman-teman sekontrakanku sepakat berlangganan speedy, meski cuman 1 GB limit. Cukup 200 ribu rupiah + ppn jadinya 220 ribu rupiah untuk tagihannya per bulan. Ya, sedikit lumayan puas lah daripada harus ke warnet yang jaraknya 500 meter dari rumah kontrokan, benar-benar malas kalau harus keluar apalagi udara di kota ini (surabaya) benar-benar kurang bersahabat. Dengan langganan speedy ini bukannya tanpa masalah, sedikit masalah pembatasan bandwidth limit karena satu line ini mesti dikeroyok paling itdak 5 orang yang setiap hari on-line. So, bulan kedua bill membengkak sampai tagihannya 350 rupiah. Padahal menurutku tidak sering-sering juga penggunaan kami berinternet. Masalah lagi, seringkali teman-teman yang tiba-tiba autoupdate-nya berjalan, so tentunya menyedot banyak usage bandwidth. Akhirnya, memang penggunaan internet harus diawasi, dikontrol dan di-efesien-kan. Dengan sedikit memutar otak aku putuskan memang harus satu jalur keluar masuk ke internet, nah PC-ku yang harus menjadi jalan toll-nya. Squid proxy menjadi pilihanku untuk optimasi penggunaan internet, dengan Webalizer untuk mengetahui dan mengontrol usage bandwidth-nya. Dengan squid, beberapa situs yang suspect spam/bot/spyware harus tak blok, dan juga situs2 update sehingga auto update tidak akan diperbolehkan. Download rate juga mesti aku batasi. Jika penggunaan melebihi bandwidth limit, kami sepakat untuk menonaktifkan Modem ADSL-nya.

Meski tidak terlalu efektif, setidaknya sedikit membantu kontrol dan optimasi penggunaan internet dengan speedy. Lain kali mungkin aku akan bencerita tentang Squid proxy dan Webalizer secara khusus dan bagaimana mesti menginstall dan mengkonfigurasinya.

Tidak ada komentar: